Pengamat Komunikasi: Lebaran Momentum Silaturahmi Politik

pengamat komunikasi yons achmad

Libur lebaran telah usai. Masyarakat kembali melakukan aktivitasnya masing-masing di beragam sektor, tak terkecuali aktivas politik. Para politisi kembali melakukan beragam aktivitas. Salah satunya silaturahmi politik sambut momentum lebaran pasca pilpres dan pileg 2024.

“Lebaran menjadi tradisi yang  diisi dengan sesuatu yang positif, salah satunya menjadi momentum silaturahmi politik. Hal ini tentu bagus. Hanya saja, bukan sekadar silaturahmi bagi-bagi kekuasaan, tapi lebih dari itu, bagaimana terus menjalin silaturahmi demi kebaikan dan kemajuan bangsa Indonesia,” ujar pengamat komunikasi Yons Achmad, Selasa, (23/4/2024).

Ditambahkan, betapapun proses kontestasi politik begitu kerasnya, namun sudah semestinya diakhiri dengan suasana yang penuh keakraban dan saling menerima hasil masing-masing. Hal ini perlu dilakukan para elit politik sebagai teladan pendidikan politik kepada masyarakat (publik). Suasana adem ayem dalam politik perlu terus dirawat.

Proses sengketa pemilu 2024 memang masih berlangsung di Mahkamah Konstitusi (MK). Lewat lembaga itulah hasil akhir sengketa pemilu bakal diputuskan. Sebuah keputusan tertinggi yang harus diikuti dan ditaati oleh partai-partai peserta pemilu dan capres-cawapres yang berlaga pada perhelatan sebelumnya.

“Apapun hasil akhirnya, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) semestinya ditaati dan diterima dengan  sikap legowo, tak hanya oleh peserta pemilu tapi juga termasuk para pendukungnya. Bagaimanapun juga, itulah hasil akhirnya,” tutur Direktur Komunikasyik Indonesia ini.

Layaknya kontestasi pemilu lima tahunan, menang atau kalah pasti terjadi. Biasanya, silaturahmi politik yang terjadi kemudian lebih kepada tawar menawar dan lobi-lobi politik untuk masuk kekuasaan. Tak hanya bagi pendukung yang menang, tapi juga yang kalah tak ketinggalan. Melihat pemandangan umum demikian, pandangan disampaikan.

“Saya kira, harus ada yang jadi oposisi. Harus ada yang berani mengambil peran oposisi itu. Dengan demikian demokrasi bakal terus bisa dirawat. Oposisi melahirkan sikap kritis terus menerus kepada kekuasaan dan itu bagus untuk mengontrol beragaman kebijakan penguasa,” tutupnya.

Reporter: Mutiara Hasna
Editor: Bayu Permana

Sumber. Suaradepok.net